Trump Tetapkan Tarif Baru, Bahlil Prediksi Impor ESDM dari AS Akan Meningkat Hingga Rp 235 Triliun

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut bahwa pihaknya berencana untuk memperbesar jumlah impor dari Amerika Serikat (AS), di mana salah satu bidang yang ditargetkan adalah sektor ESDM dengan angka mencapai USD 14 miliar atau setara dengan Rp 235,4 triliun (dengan asumsi kurs Rp 16.814 per dolar AS).

Ini merupakan tanggapan atas penerapan tariff impor oleh Presiden AS Donald Trump terhadap Indonesia senilai 32%. Diskusi mendatang akan berfokus pada penyempurnaan ketidakseimbangan neraca perdagangan diantara AS dan Indonesia.

Bahlil menyebutkan bahwa menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan antara Amerika Serikat dengan Indonesia meningkat menjadi sebesar USD 14,6 miliar di tahun 2024. Ia telah memberi laporan kepada Presiden Prabowo Subianto tentang rencana peningkatan pasokan LPG serta minyak mentah (crude) dari AS.

“Kemarin kami telah menginformasikan ke Pak Presiden bahwa kita dapat memindahkan fokus, misalnya dari sektor ESDM, kita bisa menambahkan jumlah sekitar USD 10 hingga 14 miliyar. Selain itu, dari segmen pembelian LPG, kita juga dapat membeli crude oil di sana,” jelasnya pada acara Halal bi Halal Partai Golkar, Rabu (16/4).

Di samping peningkatan impor, Bahlil juga mengatakan bahwa ada anjuran untuk memasukkan kerjasama tentang mineral kritis ke dalam daftar negosiasi dengan Amerika Serikat. Akan tetapi, dia tidak memberi detail lebih lanjut mengenai hal itu.

“Bukan ini yang perlu disepakati bersama, tetapi kami ingin terbuka kepada seluruh negara termasuk Amerika Serikat, dan kami berharap dapat mengintegrasikan mineral kritis ke dalam kolaborasi bilateral kita,” ungkap Bahlil.

Bahlil berpendapat bahwa tindakan Trump menerapkan tariff pada barang impor dari negara-negara yang memiliki defisit dagang dengan AS merupakan sesuatu yang biasa dilakukan oleh pebisnis.

Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa kebijakan yang ia sebutkan harus dilihat hanya sebagai langkah ekstra untuk mendorong kompromi atau negosiasi dengan Trump dan tidak perlu dipertimbangkan terlalu serius.

“Bahlil mengatakan bahwa langkah pertama yang diambilnya adalah meminta semua pihak untuk berkompromi terlebih dahulu. Menurut pandangannya, tindakan tersebut merupakan sesuatu yang lumrah saja. Ia pun menganjurkan agar tidak perlu dipandang terlalu serius seolah-olah kehidupan akan segera berakhir,” jelas Bahlil.


Bagikan Artikel Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

| Artikel Terkait