Haji Bisa Menginap di Hotel Dekat Jamarat untuk Kurangi Kepadatan Mina, Pastinya Masih Sah

Beranjak.id


– Pemerintah lewat Kementerian Agama berupaya menemukan langkah baru guna mengatasi kemacetan parah di Mina pada masa puncak ibadah haji. Salah satu ide yang sedang disiapkan tahun ini ialah sistem tanazul, yakni menyimpan beberapa calon jemaah haji di penginapan-penginapan seputaran Jamarat ketika mereka tidur di Muzdalifah (mabit) malam itu, sebagai gantinya menggunakan tenda-tenda yang biasanya sangat padat tersebut.

Plt. Inspektur Jenderal Kementerian Agama Faisal Ali Hasyim menyatakan bahwa skema ini telah dirancang sebagai tanggapan atas penilaian terhadap ibadah haji yang dilakukan pada tahun sebelumnya.

“Tahun lalu memang masih terdapat permasalahan kepadatan di Mina. Lokasi tersebut sudah memiliki batasan sejak dahulu, sehingga penambahannya mustahil dilakukan. Oleh karena itu, pada tahun ini kami menyiapkan solusi alternatif,” ungkap Faisal saat menghadiri Bimtek PPIH 2025 di Asrama Haji Pondok Gede, Kamis (17/4).

Tercatat sebanyak 38 ribu calon jamaah haji akan menggunakan program ini. Mereka masih melakukan kegiatan mabit di Muzdalifah namun tidak lagi tidur dalam tenda, melainkan di penginapan seperti hotel yang terletak dekat dengan wilayah Jamarat, lokasi untuk lempar jumrah.

“Hotel-hotel itu sudah kami cek, dan siap digunakan. Mereka tetap mengikuti mabit sesuai ketentuan, hanya lokasinya yang berbeda untuk mengurangi tekanan di tenda-tenda Muzdalifah,” jelas Faisal.

Rencana tanazul tak sekadar taktik dalam manajemen logistik, tetapi juga cara untuk melindungi dan memberikan rasa aman kepada para jemaah, terlebih mereka yang lanjang usia atau memiliki risiko tinggi. Melalui pendistribusian yang lebih tersebar, situasi di Mina diharapkan tidak akan semacet beberapa tahun belakangan ini.

Berikut adalah detailnya: Pada musim haji tahun 2023, walaupun Faisal mengatakan bahwa prosedur di Musdalifah telah meningkat, namun kerumunan yang tinggi di Mina tetap perlu dicatat sebagai hal penting.

Melalui sistem tanazul, harapannya adalah agar gerakan jemaah menjadi lebih mulus, khususnya pada masa puncak pelaksanaan lempar jumrah yang umumnya merupakan momen penyebab macet dan kelelahan bersama-sama.

Kementerian Agama pun mengonfirmasi bahwa seluruh skenario tersebut telah dicantumkan dalam perjanjian layanan, meliputi persiapan tempat tinggal sementara, sarana transportasi, dan penempatan staf di lokasi.

“Kami pantau keseluruhan kontrak, setiap penyedia layanan telah diikat dengan hukuman jika melakukan pelanggaran,” tandasnya.

Dengan skema tanazul ini, diharapkan pelaksanaan haji 2025 menjadi lebih tertib, aman, dan manusiawi. Apalagi target utama dari seluruh rangkaian layanan ini adalah satu: kepuasan jemaah haji meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Bagikan Artikel Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

| Artikel Terkait